12 Desember 2013

Ojek Payung PRIBADI

Hari ini merupakan kali kedua gw menggunakan jasa ojek payung. Pertama kali waktu SMA dulu, waktu gw dan Tania mau ke pelataran parkir di Mall Kelapa Gading. Kali kedua ini juga sama halnya, waktu gw mau keluar gedung dan menuju pelataran parkir.

Hujannya cukup lebat dan berangin. Biasanya gw paling gak peduli sama hal-hal kaya gituan, tapi kali ini kayanya hujannya gak bersahabat, ditambah jarak tempuh yang cukup bisa membuat basah kuyup. Maka, gw putuskan menyewa ojek payung.

Si anak kecil penyedia jasa ojek payung ini matanya berbinar waktu melihat gw memulai melakukan kontak mata dengan dia. Secara, lokasi dia di seberang lobby gedung, makanya gw juga bingung gimana manggil dia. Untungnya dia bisa dikontak lewat mata. Hehe.

Kalo waktu pertama ngojek payung berdua, kami fokus membagi sebuah payung berdua agar diri kami masing-masing terlindungi. Kali ini gw cuma sendiri. Terjadilah sesuatu yang aneh ketika si anak kecil ini "menyerahkan" payungnya ke gw. Gw kaya bingung waktu mau ngambil payung yang mungkin salah satu harta paling berharga buat dia pada saat tersebut. Gw kira dia bakal ikut mendampingi gw, megangin payungnya itu. Gw pun udah siap berbagi satu payung berdua dengan si anak itu. Eh, tapi ternyata dia membiarkan gw megang payung itu sendiri. Sedangkan dia dengan mengendap-endap mengikuti gw dari belakang.

Sampai di tengah perjalanan, gw musti naik tangga dan di depannya ada kaca gedung yang bisa merefleksikan bayangan di depannya. Pas gw naik, diam-diam gw melihat si anak ojek payung dari refleksi kaca gedung tersebut. Dia mengikuti gw dari belakang dengan jarak kurang lebih 1,5 meter, dengan sambil  memeras bajunya. Memang pada saat itu hujan telah berlangsung selama setengah jam. Mungkin dia sudah berkali-kali bolak-balik mengantarkan para pengguna jasa ojek payung ke tempat tujuan mereka.

Waktu sampai di tujuan, gw memberikan sejumlah uang untuk jasa ojek payungnya, dan mengembalikan payung ke tangannya. Gak lupa juga ucapan terima kasih dan senyuman getir tapi datang dari hati. Haha.

Dari si anak kecil penyedia jasa ojek payung ini gw belajar bahwa masing-masing kita pasti punya ojek payung pribadi yang bakal dengan rela hati memberikan "payung" harta berharganya demi melindungi kita, dan dengan diam-diam setia mendampingi kita dari belakang, serta rela berkorban bermandikan hujan demi kita. Tapi bedanya kalo ojek payung mengharapkan imbalan atas jasa ojek payung yang telah diberikan, sedangkan ojek payung pribadi ini cukup mendapatkan imbalan dengan keselamatan dan kehangatan yang dapat kita rasakan.

Salah satu ojek payung pribadi yang mungkin gak pernah kita sadari adalah orangtua kita sendiri. Mereka pasti dengan rela hati menyerahkan segala sesuatu yang berharga dari mereka, rela mengorbankan diri mereka yang kehujanan, tetapi tetap mau mendampingi kita kapanpun juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar