28 Februari 2011

Livia

Rekan sepelayananku dalam kepengurusan kali ini cukup unik dan beragam sifat dan sikapnya. Salah satu yang menarik adalah gadis ini. Cukup ekspresif, tetapi takut untuk berbicara di depan umum. Terkadang tidak dapat menahan emosinya, mirip dengan aku.

Dari Kebersamaan Pengurus 15 Februari kemarin, semakin tertariklah aku dengan pribadi gadis ini. Di suatu kesempatan, permainan kami berlokasi di kolam renang di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Velodrome. Kolam renang yang berharga dua ribu dua ratus rupiah ini, bak cendol di saat liburan. Lebih banyak manusianya dibandingkan airnya. Cuma bisa nyelupin badan, ketimbang melakukan aktivitas yang bernama berenang.

Rekan-rekan sepelayanan saya boleh dikatakan cukup terkejut ketika tau mereka harus berenang di dalam situ. Permainan kali ini harus melibatkan seluruh peserta. Setiap giliran berenang, harus ganti peserta. Kecuali para gadis yang berhalangan. Tinggi kolamnya 1,5 meter. Buat yang ga bisa berenang, mungkin bisa berjalan.

Tetapi di sinilah perbuatan si gadis bernama Livia ini yang begitu mengagumkan bagi saya. Rekan-rekan yang berenang bersama dengan gilirannya, ada yang tidak bisa berenang. Mereka sangat ketakutan menghadapi air. Livia dengan sigap menghampiri mereka. Bukan hanya satu orang, tetapi dua orang yang perlu Ia tuntun. Ia tidak lagi merasa bahwa ini adalah kompetisi. Ia dengan rela membantu kedua orang yang tidak dapat berenang ini untuk berjalan bersama.

Aku tahu bagaimana perasaan di'gelendot'in sama orang yang ga bisa berenang. Keberadaan kita di air, membuat tubuh kita menjadi terasa lebih berat. Terlebih ditambah beban orang lain, semakin terhambatlah gerakan kita. Tetapi gadis ini begitu mengerti perasaan takut yang dirasakan oleh peserta yang ga bisa berenang ini. Makanya dengan sangat rela hati, ia menuntun kedua orang itu untuk sampai ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat asal.

Sayang tidak ada kesempatan untuk mengabadikan momen heroik tersebut. Tetapi aku tahu, ia tidak mengharapkan penghargaan karena begitu mulia dan tulusnya perbuatan gadis bernama Livia ini.

Love u, piaho.. :)










01 Februari 2011

u


Aku hanya teman sapaan kelu
di saat angin terbang menderu

Dan tetaplah kita bisu.