20 Desember 2013

Akhir yang Bahagia

Belakangan ini gw lagi suka banget sama salah satu film serial Once Upon A Time. Pertama nonton berasa bagus sih, cuma ya udah gitu aja. Terus gw diskusi sama Tania, gw bilang itu film tentang dongeng Putri Salju yang dibuat jadi nyata. Tania bilang itu film tentang Red Riding Hood. Nahloh, jadi bingung kan. Tapi pada saat itu gw gak gitu penasaran buat mencari tahu sebenernya film apaan itu.



Sampailah ada lagi serial marathon nya di TV. Ternyata ini memang kisah tentang kumpulan dongeng yang ternyata GILA BANGET! Penulis ceritanya sih superb banget. Dengan ide gilanya, dia bisa membuat semua tokoh dongeng itu saling berhubungan entah gimana caranya. Alur ceritanya juga maju mundur. Makanya begitu kelewat satu episode, langsung bego. Haha.

Ada satu hal perkataan si Putri Salju yang bagus di film ini. "Dongeng itu mengingatkan kita bahwa pasti ada akhir yang bahagia!"

Terus gw keinget sama sebuah kalimat bijak yang kurang lebih berbunyi
If it is not HAPPY, then it is not ENDING

12 Desember 2013

Ojek Payung PRIBADI

Hari ini merupakan kali kedua gw menggunakan jasa ojek payung. Pertama kali waktu SMA dulu, waktu gw dan Tania mau ke pelataran parkir di Mall Kelapa Gading. Kali kedua ini juga sama halnya, waktu gw mau keluar gedung dan menuju pelataran parkir.

Hujannya cukup lebat dan berangin. Biasanya gw paling gak peduli sama hal-hal kaya gituan, tapi kali ini kayanya hujannya gak bersahabat, ditambah jarak tempuh yang cukup bisa membuat basah kuyup. Maka, gw putuskan menyewa ojek payung.

Si anak kecil penyedia jasa ojek payung ini matanya berbinar waktu melihat gw memulai melakukan kontak mata dengan dia. Secara, lokasi dia di seberang lobby gedung, makanya gw juga bingung gimana manggil dia. Untungnya dia bisa dikontak lewat mata. Hehe.

Kalo waktu pertama ngojek payung berdua, kami fokus membagi sebuah payung berdua agar diri kami masing-masing terlindungi. Kali ini gw cuma sendiri. Terjadilah sesuatu yang aneh ketika si anak kecil ini "menyerahkan" payungnya ke gw. Gw kaya bingung waktu mau ngambil payung yang mungkin salah satu harta paling berharga buat dia pada saat tersebut. Gw kira dia bakal ikut mendampingi gw, megangin payungnya itu. Gw pun udah siap berbagi satu payung berdua dengan si anak itu. Eh, tapi ternyata dia membiarkan gw megang payung itu sendiri. Sedangkan dia dengan mengendap-endap mengikuti gw dari belakang.

Sampai di tengah perjalanan, gw musti naik tangga dan di depannya ada kaca gedung yang bisa merefleksikan bayangan di depannya. Pas gw naik, diam-diam gw melihat si anak ojek payung dari refleksi kaca gedung tersebut. Dia mengikuti gw dari belakang dengan jarak kurang lebih 1,5 meter, dengan sambil  memeras bajunya. Memang pada saat itu hujan telah berlangsung selama setengah jam. Mungkin dia sudah berkali-kali bolak-balik mengantarkan para pengguna jasa ojek payung ke tempat tujuan mereka.

Waktu sampai di tujuan, gw memberikan sejumlah uang untuk jasa ojek payungnya, dan mengembalikan payung ke tangannya. Gak lupa juga ucapan terima kasih dan senyuman getir tapi datang dari hati. Haha.

Dari si anak kecil penyedia jasa ojek payung ini gw belajar bahwa masing-masing kita pasti punya ojek payung pribadi yang bakal dengan rela hati memberikan "payung" harta berharganya demi melindungi kita, dan dengan diam-diam setia mendampingi kita dari belakang, serta rela berkorban bermandikan hujan demi kita. Tapi bedanya kalo ojek payung mengharapkan imbalan atas jasa ojek payung yang telah diberikan, sedangkan ojek payung pribadi ini cukup mendapatkan imbalan dengan keselamatan dan kehangatan yang dapat kita rasakan.

Salah satu ojek payung pribadi yang mungkin gak pernah kita sadari adalah orangtua kita sendiri. Mereka pasti dengan rela hati menyerahkan segala sesuatu yang berharga dari mereka, rela mengorbankan diri mereka yang kehujanan, tetapi tetap mau mendampingi kita kapanpun juga.

11 Desember 2013

Berkompetisi dan Bertahan

Beberapa hari belakangan ini gw jadi takut dan bingung. Entah apa yang gw kejar dalam hidup ini.
I am an OVERTHINKING person. But, I got NOTHING in my thought.

Setelah gw berbagi cerita dengan teman gw, dia memberikan pidato dari seorang lulusan di Amerika sana. Dan mirip dengan gw memang. Di pidato itu dia menyatakan protes terhadap sistem pendidikan di Amerika.
Berikut cuplikan pidatonya yang menurut gw sangat menginspirasi

 There is a story of a young, but earnest Zen student who approached his teacher, and asked the Master, "If I work very hard and diligently, how long will it take for me to find Zen? The Master thought about this, then replied, "Ten years." 
The student then said, "But what if I work very, very hard and really apply myself to learn fast - How long then?" Replied the Master, "Well, twenty years." "But, if Ireally, really work at it, how long then?" asked the student. "Thirty years," replied the Master. "But, I do not understand," said the disappointed student. "At each time that I say I will work harder, you say it will take me longer. Why do you say that?" 
Replied the Master, "When you have one eye on the goal, you only have one eye on the path."
 Waktu salah satu mata lu tertuju ke tujuan akhir, maka lu cuma tinggal punya satu mata untuk melihat jalan yang harus dilalui ke sana.

But I contest that I am a human being, a thinker, an adventurer – not a worker. A worker is someone who is trapped within repetition – a slave of the system set up before him. But now, I have successfully shown that I was the best slave. I did what I was told to the extreme.
 When I leave educational institutionalism, will I be successful or forever lost? I have no clue about what I want to do with my life; I have no interests because I saw every subject of study as work, and I excelled at every subject just for the purpose of excelling, not learning. And quite frankly, now I'm scared.

Cewe ini begitu pinter, dan dia berhasil lulus dengan nilai yang bagus. Tapi sekarang dia sadar bahwa dia cuma sekedar budak. Dia melihat semua pelajaran itu bukan sebuah pembelajaran tapi sebuah pencapaian. Dan sekarang ketika pencapaian dia udah "habis" atau "selesai", dia menjadi takut. Karena dia gak tau apa yang harus dikerjain lagi.

Mungkin sekarang saatnya gw belajar gak cuma berkompetisi tapi juga harus bisa bertahan di dalam hidup ini.
TO  BE A PERSON I WANT TO BE, not FORCED TO BE.


Here I Stand
Erica Goldson

June 25, 2010