18 November 2013

Euh!

Gw gak suka anak kecil. Apalagi anak bayi yang masih benyek-benyek gitu. For me, they are so fragile. Badannya masih lembek, kepalanya apalagi. Hiii.. Ketika temen-temen gw pada suka sama anak kecil, mau bermain dengan mereka. Gw justru ogah. Gw cukup liatin mereka dari kejauhan. Belom lagi kalo mereka ileran, ingusan, nangisan, dan kencing. 

Sebenernya gw kira gw biasa aja. Maksudnya, gw emang gak suka anak kecil, tapi ya udah normal-normal aja. Lagian kan itu anak orang, kalo kenapa-kenapa di tangan gw kan horor jadinya. Sampailah pada kejadian ketika gw berkunjung ke rumah sodara gw di Bandung. 

Mereka punya anak berusia 1 tahun. Bokap gw dengan senang hati menggendong-gendong. Gw lagi duduk di ruang tamu. Bokap gw lagi bediri di samping gw, terus tiba-tiba aje bokap gw mau melepaskan gendongannya dan dikasih ke gw. 

Dengan spontan dan reaktifnya gw langsung, "Gak gak gak gak! Aku gak mau gendong!" Panik banget pas mau dikasih gitu ke gw. Gw gak mau dan gak kepengen ngegendong mereka. Sebenernya bukan karena ileran, ingusan, nangisan, dan kencingan itu. Tapi lebih karena mereka benyek-benyek itu loh. Gw gak tau cara gendong yang bener. Hiii..

Gw jadi inget Robin dari serial TV How I Met Your Mother, di season 8 episode 16. Dia gak pernah mau gendong Marvin, anaknya Lily. 

Robin lebih milih numpahin minuman ke bajunya biar gak bisa gendong Marvin!


Robin menenangkan Marvin dengan cara menggoyang-goyangkan stroller nya Marvin! Haha
Such a Great Idea!


Robin SIOK pas tau Marvin di tangan dia! Yang secara tiba-tiba Lily taro begitu aja.
Kayanya gw musti "dijejelin" kaya gitu juga deh.

17 November 2013

Puncak dan Kaki Gunung

Kotbah tadi Kebaktian Pemuda-Remaja, judulnya Through It All. Sebagian kecil isi kotbahnya yang gw inget adalah, seorang lalala, namanya Paul Stoltz menyatakan ada kemampuan manusia lainnya selain IQ, EQ, dan SQ. Namanya AQ, Adversity Quotent. Menurut pengkotbahnya, itu artinya kemampuan untuk berjuang / bertahan hidup.

Dalam kemampuan AQ itu ada 3 tipe. Digambarkan kondisinya sedang mendaki gunung.
Tipe pertama : Quitter
Mereka adalah yang menyerah sebelum mulai mendaki. Mulai dari baca bahwa 3.000 meter tingginya, udah ogah duluan. Mundur teratur.
Tipe kedua: Camper
Mereka adalah yang mendaki sampai pos pertama atau kedua. Setelah itu memutuskan untuk berdiam di tempat dan cukup puas dengan menikmati puncak gunung dari tempat mereka berada.

Tipe ketiga: Climber
Mereka adalah yang mendaki sampai puncak gunung. Waktu udah sampe di puncak gunung, mereka tidak puas sampai di situ saja, melainkan mereka berpikir, " Gunung mana lagi yang harus kudaki?"

Kalo tadi bahas soal mencapai puncak gunung,
Sekarang gw mau bahas soal turun gunung.

Beberapa minggu yang lalu gw baru mulai baca salah satunya buku C.S. Lewis. Buku kristiani gitu, bukan tipe gw banget. Tapi penasaran aja sih, karena temen gw bilang itu salah satu pengarang yang bagus. Judul bukunya "Four Kind of  Love" (kalo gak salah, haha). Gw baru baca sampe bab kedua. Di situ membahas tentang kasih.

Salah satu analoginya adalah, waktu lu mau pulang kampung. Kampungnya ada di kaki gunung. Cara mencapai ke sana, lu harus mendaki gunungnya, baru turun ke desa lu itu.

Kondisinya ketika lu mencapai puncak gunung itu, lu bisa terdiam di sana, lu bisa liat SELURUH desa lu.
Lu sedang berada di titik yang terdekat dengan desa lu. Tapi lu gak berada di situ.

Lu hanya dapat menikmati dia secara visual, tidak dengan fisik lu. Tetep aja lu belom mencapai desa lu.

Intinya yang gw tanggep dari pelajaran naik dan turun gunung itu adalah
kita gak boleh sampai pada titik puas secara visual kaya tipe camper. Atau hanya puas memandangi desa dari puncak gunung kaya perumpamaannya C.S. Lewis.
Kita harus mencapai tujuan kita secara fisik, mental, dan visual.

Tapi sayangnya gw orang visual! hahaha. Emang masih banyak yang harus diubah lewat pembelajaran.
In the end, I think : Life is all about learning and acting!

SATU banding 99

Mungkin gw orang dengan pikiran ternegatif yang pernah ada di dunia. :(

Salah satu orang terdekat gw dulu, sempet menyatakan itu. Gw orang yang memfokuskan penglihatan dan pikiran gw pada 1% kemungkinan terburuk, dibanding melihat 99% sisanya yang adalah kemungkinan terbaik yang akan terjadi. Karena 1% tersebut, yang cuma satu persen, gw lupa untuk melihat 99 sisanya yang adalah kemungkinan yang baik.

Gw punya penjelasan untuk pemikiran itu. Gw lebih suka mempersiapkan hal terburuk yang terjadi, dibanding memiliki harapan yang tinggi untuk sesuatu yang baik. Karena menurut gw 1% itu bisa merusak si 99%. Ingat peribahasa "Karena nila setitik, rusak susu sebelanga" ? 

Jangan sampe ada setitik nila itu menetes di susu. Gw terlalu memikirkan cara untuk menghilangkan si 1% tersebut. Sampe gw lupa, sebenernya gw masih punya 99%. Tapi buat gw, semua itu harus 100%. Kalo si 1% bisa berubah jadi 99%, maka gw baru mau melihat dia sebagai 100%.

Terlihat naif memang. Karena gak ada yang mutlak, gak ada yang absolut di duni ini. Pasti ada yang cacat. Sama kaya peribahasa "Tak ada gading yang tak retak" 

Tapi tetep susah buat gw untuk gak melihat 1% itu. Kadang dia menjadi alasan-alasan gw untuk gak bertindak di 99% sisanya. Dia menjadi penghalang buat gw.

In the end, kayanya gw tau lanjutan dari pos ini tuh apa. Haha.
Let see the next post, peeps!

15 November 2013

Mengenang, Dikenang, dan Terkenang

Tahu perbedaan di antara ketiganya?

Gw orang yang suka mengenang masa lalu. Gw suka membaca catatan harian gw dulu zaman SMP-SMA. Emang kaya ababil geli-geli gitu tulisannya. Haha. Tapi, waktu membaca ulang itu, seakan gw "HIDUP LAGI" di masa tersebut. Gak dipungkiri, masa-masa itu indah. Mungkin sepuluh tahun yang akan datang, gw juga bakal baca lagi blog ini, dan hidup lagi di saat ini. As I wish!

Dikenang. Hmm. Kata yang pasif. Yang membuat gw bertanya: gw dikenang oleh siapa? Apa yang dikenang oleh mereka tentang gw? Kenapa gw musti dikenang? Gw bukan pahlawan yang punya ataupun gak punya tanda jasa. Buat dapetin gelar pahlawan aja musti ditinjau dulu jasa-jasanya. Ya, gw cuma bisa berharap dikenang sebagai gw, entah dari sudut pandang siapa. Asal jangan dikenang sebagai seorang yang menurut kata orang lain.

Terkenang. Ini yang paling sulit. Trauma mungkin yang mirip dengan ini? Sesuatu yang gak mau dikenang, tetapi selalu datang dan memiliki waktu untuk mengenangnya. Dia memiliki kedua kata sebelumnya. Such a powerful word!

Buat gw, mengenang tetap paling menyenangkan.
Dikenang itu masalah orang lain.
Terkenang itu masalah buat gw dan orang lain! Haha

ohya, jadi inget salah satu tweet  gw:


Menghapus semua jejak memang tidak mungkin. 
Tetapi untuk tidak melihatnya lagi, itu pilihan.

13 November 2013

Esai Pertama - Ketabahan Milik Wanita ?

Percaya gak percaya, ini esai pertama yang gw tulis. Yang adalah 5 tahun lalu. Tugas sekolah emang. Hahaha. Gw baru baca lagi, gara-gara lagi menggunakan PC yang menyimpan data-data lama. Dan, satu hal yang muncul di pikiran gw setelah membaca 1  paragraf pertama adalah "how thoughtful i am in that year?"

Waktu masih jadi ababil zaman SMA, ternyata gw bisa nulis kaya gitu. *Kayanya sih tuntutan supaya dapet nilai bagus* hahaha

Coba langsung dicekcok!



Ketabahan Milik Wanita?

Menurut anda, manakah yang lebih berani? Orang yang berani mati ataukah orang yang berani hidup? Orang yang berani mati ialah orang yang mempertaruhkan dan memberikan nyawanya sendiri demi suatu kepentingan. Kepentingan di sini dapat diartikan secara terpaksa maupun murni sebuah pengorbanan. Contohnya para pejuang yang rela berkorban untuk mendapatkan kemerdekaan negeri kita ini. Ataupun seorang ibu yang rela meninggal demi keselamatan anak yang dilahirkannya. Sedangkan orang yang berani hidup ialah orang yang mempertahankan nyawanya sendiri demi suatu kepentingan. Kepentingan di sini dapat diartikan sebagai sebuah egoisme manusia itu sendiri yang kita ketahui sekarang zamannya saling menggigit satu sama lain, maupun kepentingan untuk menunaikan amanat awal dari Sang Pencipta dirinya.
Menurut saya, orang yang berani hidup yang layak dikatakan lebih pemberani. Di tengah maraknya kasus bunuh diri disebabkam terhimpit masalah ekonomi sampai pasangan yang selingkuh, di sinilah manusia diuji ketabahannya. Orang yang berani hidup berarti ia mampu bertahan dalam pencobaan dalam setiap jengkal kehidupannya. Orang yang tegar berdiri sampai tiba saatnya ia dipanggil sendiri oleh Sang Kuasa. Bukanlah seperti orang yang berani mati, yang mati bukan karena panggilan Sang Kuasa, melainkan atas kehendak manusia. Pada saat ini, orang yang berani mati sangatlah jarang kita temukan dengan motivasi pengorbanan. Tidak ada lagi yang perlu dibanggakan dari sebuah keberanian menghadapi kematian. Mereka sendiri yang memilih untuk mengakhiri hidupnya karena sudah tidak mampu bertahan dalam dunia ini. Jadi, menurut saya, orang yang berani mati sama dengan orang yang takut hidup.

............................. (pembahasan buku Sintren)...........................

Pada awalnya saya bingung antara kesabaran dan ketabahan. Apakah setiap orang yang sabar ialah orang yang tabah? Atau orang yang tabah merupakan orang yang sabar? Orang yang sabar belum tentu orang yang tabah, tetapi orang yang tabah pastilah orang yang sabar. Orang yang tabah diberi kesabaran lebih untuk menjalani kehidupan yang telah ditakdirkan untuknya. Saya sangat kagum terhadap orang yang tabah menjalani kehidupannya. Saya juga percaya orang yang paling tabah dalam dunia ialah seorang wanita. Bukan berarti membuat kaum saya menjadi lebih superior daripada kaum pria. Pada kenyataannya, wanita memang diberi ketabahan yang lebih dibandingkan para pria.


 

11 November 2013

Tokoh Imajiner

Setelah bercakap-cakap kecil lewat BBM bersama salah satu sahabat gw, dengan gilanya gw menemukan sebuah teori. Teori kenapa kadang kita lebih suka hidup dalam mimpi.

Sesuatu yang udah ketauan jalannya, gak seru lagi.
Lebih enak berimajinasi untuk sesuatu yang gak mungkin.

Gw bukannya orang yang gak punya perencanaan. I do love PLAN! Gw sangat suka bagian merencanakan, gw suka semua yang teratur. Semua rencana yang gw buat atau yang gw ketahui, pasti gw jalankan dengan sebaik-baiknya. Gw orang yang stick to the plan. Kadang gw gak bisa, gak suka, dan gak mau melakukan perubahan atas rencana yang sudah dirancang sedemikian rupa.

Tapi dari percakapan gak penting barusan, gw sadar kalau semua yang udah direncanakan itu udah gak seru lagi, karena gw udah tau akhirnya seperti apa. Well done! pastinya.

Sedangkan untuk bagian lain dalam hidup ini, ada kalanya gw pengen menjadi seorang imajiner untuk ada di dalam kehidupan orang lain. Menyenangkan memang menjalaninya. Cuma gw tau, itu hanya imajnasi semata, gak mungkin dicapai. It is still and always UNREAL! :')

10 November 2013

Selimut

Sudah dua malam berturut-turut, gw mendapatkan perlakuan sederhana namun begitu berarti buat gw. Sebenernya gak dua malam sih. Satu malam dan satu sore dalam dua hari terakhir ini. Gw paling suka tidur tanpa selimutan. Karena masih panas biasanya waktu AC-nya dinyalain. Dan biasanya gw ketiduran kalo udah dingin, lupa tarik selimut. Kadang suka bangun karena saking kedinginanya. haha..

Perlakuan sederhana yang begitu berarti buat gw adalah DISELIMUTIN. Itu sweet banget buat gw. :3

Karena emak gw tidur pasti paling pertama, sedangkan bapak gw gak pernah ke kamar anak-anaknya lagi kalo mau tidur. Sisanya tersangka utama adalah para koko yang galak seperti burung jalak namun unyu kaya penyu.

Malem lalu, gw diselimutin sama si kurus pake selimut piyo-piyo kepunyaan gw di kamar gw.
Sore tadi, gw diselimutin sama si nyonyo pake selimut tweety kepunyaan dia di kamar dia.

Sweet banget ya mereka. I cannot trade everything else for them!

Jadi, sebutlah gw si pengidap brother complex ! Jangan main-main jika mau berurusan dengan mereka,  Lewatin gw dulu, baru bisa "berbagi" mereka dengan gw. Hahaha..