19 Juli 2012

Hanya ingin dan hanya bisa.

liat tulisan ini di draft. cukup jelas, sekaligus cukup gantung. dan gak tau apa maksudnya menuliskan ini. haha.. selamat membaca! :)

Dari kecil, kata ibuku, di antara ketiga anaknya, akulah yang paling jarang nangis. Diem mulu.

Sekarang sebagian sifatku masih sama, yaitu diam. Aku lebih suka mengamati, melihat yang terjadi, mendengar yang bersuara, merasakan yang teraba, mencium yang terhirup, dan mengirim semua itu ke otakku, untuk ia menganalisis terlebih dahulu. Itulah sebabnya aku lebih suka diam ketika berada di antara orang banyak. Aku tidak suka orang yang menyelak pembicaraan orang, terlebih orang yang berbicara kepada orang lain ketika ada orang lain yang memang sedang diberi waktu untuk berbicara. Ketika orang lain menanyakan kenapa aku diam, akupun akan menjawab, "Kan ada yang lagi berbicara." Maksudku ketika belum giliranku tiba untuk berbicara, maka saatnya aku untuk diam dan mendengarkan.

Judul dia atas membuatku berpikir akan sifatku ini. Aku hanya ingin diam atau hanya bisa diam?

Di suatu keadaan seperti di atas, saatnya menempatkan diriku untuk aku hanya ingin diam untuk mendengarkan orang lain. Bukan hanya bisa diam. Aku akan berbicara ketika aku merasa perlu berbicara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar