08 Desember 2011

Proyek Hidup

Mungkin judulnya aneh. Iya, memang. Karena sebenarnya itu berasal dari bahasa Inggris Live Project. Ini salah satu proyek sampingan yang begitu disemangati oleh dosen koordinator studio perancangan arsitektur 7, Pak Agus. Dia bilang, "Portfolio kalian ga akan mendukung kalian buat diterima kerja kalo ga bagus-bagus amat. Yang bikin kalian diterima pasti live project ini. Percaya deh sama saya!"

Proyek ini katanya kita akan terjun langsung membuat sesuatu di daerah Bandung sana. Jadi kita bakalan nginep dan memberikan sumbangsih arsitektural untuk tempat nginep kita yang kita kerjain sendiri. Awalnya saya tidak tertarik karena menurut saya ga jelas mau bikin apa di sana. Lagipula, kita hanya 3 hari 2 malam di sana, mana bisa menghasilkan objek arsitektural yang wah.

Tapi karena di awal saya sudah memberikan pernyataan akan ikut, lalu batal, lalu taunya tidak memenuhi kuota, saya dipaksa untuk ikut lagi. Ya, awalnya lumayan terpaksa dan kesel juga sih. Harusnya kan itu udah bukan tanggungjawab saya untuk kembali ke dalam kuota. Tapi, ya udah deh ahirnya ikut juga.

Proyek ini dikerjakan secara berkelompok. Karena saya tambahan, saya menjadi orang ke-16 dalam kelompok yang harusnya cuma 15 orang itu. Hehe. Kelompok saya kebagian mengerjakan railing dan obor.

Persiapan kita cuma sekitar 10 hari. Itu udah termasuk konsep, ide, perhitungan material, perhitungan biaya, dan persiapan peralatan. Penyatuan ide dari 16 kepala manusia memang ga gampang. Penentuan ketua kelompok juga bisa dibilang secara sukarela jatuh kepada Yuanda yang memang berbakat memimpin dang mengangon 15 anak bebek sisanya.. hehe..

Ide yang tertuang berbagai rupa. Dari ide standar hingga ide gila juga terjadi. Tapi untungnya kita sadar untuk bersikap realistis bahwa kita cuma 3 hari 2 malam di sana. Ahirnya kita memutuskan untuk melaksanakan "ide bagus, tapi ga selesai" dibanding "ide standar, tapi selesai" apa istimewanya kalo nanti masuk ke dalam portfolio kita.

Kita dapet site sepanjang 35 meter, railing untuk tangga menuju ke lembah, ke curug. sebelahnya ada yang langsung berbatasan dengan jurang. Ketika melakukan tahap perencanaan ini, kita sama sekali ga tau kondisi di sana. Foto-foto aja ga mampu menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.

Dalam perencanaan kita juga mengalami kesulitan. Kita yang memilih bahan bambu, kebingungan akan sambungannya. Apakah harus dipaku, dipasak, diikat, mana yang cocok dan mana yang kuat? Diskusi panjang juga sempat terjadi masalah obornya. Pilih yang simpel tapi ga estetis atau pilih yang sulit tapi tahan lama?

Kita juga lemah soal perencanaan dalam bahan. Bambu yang dipesen, maen kita potong-potong aja. Setelah masuk ke detail, kita jadi merasa salah potong. Tapi semuanya itu cukup terbayar karena ketika H-2 kita berhasil membuat prototipe untuk obor kita.. :)

Tibalah kita di tempat.
Jauh berbeda dari yang kita bayangkan. Kalo udah turun ga bakal mau naek lagi. Kelompok gw itu dapet di bagian bawah, deket ke curugnya. Sedangkan penginapan, makanan, dan aula di atas semua.

Kita ahirnya cuma bikin railing dan satu instalasi. Kita sempet kebingungan karena bambu-bambu yang udah kita siapin di kampus, pas sampe di tempat tidak terdistribusi dengan baik.

Pada hari kedua sore, jadilah semuanya itu. Dan senengnya obornya bisa nyala dengan baik dan benar dan menakjubkan bagi kita yang udah berlelah-lelahan selama dua hari itu.

Walaupun mungkin ga seberapa hasilnya, tapi bangga karena itu bikinan kita sendiri.:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar